Join The Community

Premium WordPress Themes

Jumat, 01 April 2011

[Cerpen] Kamu adalah Sahabatku dan Selamanya Tetap Sahabatku

Setelah duduk berjam-jam hanya demi membuat cerpen dan transaltenya akhirnya rampung juga. Ini juga cerpen pertama yang pernah saya buat dalam hidup (heheh^_^tidak punya bakat menjadi Author yang baik )...

Langsung sajalah ke TKP, semoga cerpennya enak dibaca ..... 

Tahun pertama memasuki  masa-masa perkuliahan menjadi hal yang begitu menyenangkan. Pada saat itulah menjadi awal baru dalam segala hal. Aku(Resti), Troy, Jessica, Friska, dan David bertemu dalam satu ruangan dan menjadi akrab dalam waktu yang sangat singkat. Dari sekian banyak mahasiswa, hanya kami berlimalah yang tampak kompak terus bersama dalam segala keadaan. Hal ini pula yang membuat beberapa teman dari ruangan kami bersikap aneh terhadap kami khusunya kepada aku dan Friska. Mereka bernama Serly, Siska dan Veny, aku tidak begitu paham apa yang menyebabkan mereka bersikap seperti.

Memasuki semester ke dua persahabatan kami semakin erat. Kami lebih banyak mengahabiskan waktu bersama dengan nongkrong daripada belajar. Namun itu tidak menjadikan kami tertinggal dengan mata kuliah. Persahabatan kami berjalan dengan begitu berkesan hingga pada suat hari terjadi kesalah pahaman antara aku dengan Friska.

“Aku tidak percaya, ternyata sifat asli dari dalam diri kamu itu seperti ini?” timpa Friska dengan penuh emosi. David dan Jessica hanya terdiam mendengar Friska yang sedang terbawa emosi. Hanya Troy yang tidak ada pada saat itu.

“Fris, maksud kamu apa? Apa yang sebenarnya terjadi?” balasku dengan penuh kebingungan. “Kenapa tiba-tiba kamu marah kepada aku? Apa yang sudah aku lakukan?”

“Res, kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Aku sudah mengetahui semuanya, semua yang selama ini kamu sembunyikan dengan rapi kepada kami. Aku tidak menyangka sebagai seorang sahabat kamu tega menusuk aku dari belakang. ” ucap Friska

“Sebenarnya maksud kamu apa, aku benar-benar tidak mengerti!” balasku

“ohh...,,tidak mengerti??? Well, aku akan menjelaskan semuanya. Kamu kan tahu sendiri kalau aku sebenarnya suka sama Troy.”

“So???” balasku singkat

“Kamu sebenarnya memang bodoh atau pura-pura bodoh Res?” Bentak Friska. Sakit rasanya mendengar sahabatku sendiri mengatakan hal tersebut di depanku dan di depan kedua sahabatku  yang lain. “Sebenarnya, selama ini kamu juga menyimpan perasaan kan sama Troy? Mengaku saja!” tambah Friska

“Tapi Fris, aku tidak....” belum selesai berkata, Friska menarik tangan David dan Jessica lalu pergi. Aku sempat berbalik dan melihat David menatapku namun hanya sesaat. Penyesalan sempat terlintas dipikiranku, “apa yang sudah aku lakukan terhadap sahabat-sahabat aku?” ucapku dalam hati. Tanpa sadar, aku meneteskan air mata.

“Wah wah, ternyata ada yang sedang bertengkar dengan kelompoknya!” suara Serly mengagetkanku. Aku menoleh dan melihat tiga serangkai itu melangkahkan kaki menuju ke tempat aku berdiri.

“Apa urusan kamu?” Jawabku sinis sambil menyeka air mata.

“Tidak ada, hanya sekedar mengeluarkan suara saja.. hahahahah” ucap Serly kegirangan sembari tertawa terbahak-bahak lalu berlalu diikuti 2 dayang yang selalu menjadi ekor si Serly. Sempat terlintas dalam benak aku kalau penyebab dari keadaan ini adalah mereka bertiga, namun aku mencoba untuk tidak menyalahkan siapapun. Keadaan itu membuat aku begitu bingung. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar permasalahannya bisa tuntas.

Seminggu sudah aku menjalani hari-hari dikampus dengan seorang diri. Setiap melangkahkan kaki masuk kedalam kelas, aku selalu melihat Friska, Jessica dan David duduk dalam satu baris sambil bercerita dengan asyiknya. Yah, itulah hal yang selalu kami lakukan ketika sedang bersama.  Namun kali ini berbeda Troy sudah beberapa hari tidak masuk kuliah. Jam mata kuliah telah usai, aku kemudian berdiri dan keluar dari ruangan secepat mungkin karena aku tidak ingin melihat mereka melakukan aktifitas yang hanya akan membuat aku terluka. Sepanjang perjalanan menuju gerbang aku terus menundukan kepala tanpa melihat kedepan. Aku terus memikirkan apa yang sudah terjadi, mengingat masa-masa yang pernah kami lalui bersama tanpa ada konflik sekalipun. Ditengah perjalanan, aku mendengar suara yang memanggil namaku dengan keras.

“Res.. Resti tunggu!” teriakan David dan Jessica yang bersamaan sontak menghentikan langkahku. “Res tunggu ada yang ingin kami bicarakan dengan kamu. Ini tentang masalah yang terjadi minggu lalu.” Lanjut David setelah mendekati aku dengan nafas yang terengah-engah.

“Ada apa Vid? aku rasa itu sudah tidak berguna lagi!” jawabku putus asa

“Tidak Res, ini harus diselesaikan. Kamu tidak ingin kan hubungan antara kamu dan Friska menjadi sebuah permusuhan?” tambah Jessica.

“Aku juga bingung Jess, apa yang harus aku lakukan agar Friska percaya sama aku.!”

“Ok, begini! Kamu sudah tahu apa yang membuat Friska marah dengan kamu?” Jelas Jessica. Dan aku hanya bisa menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Jessica. “Friska dengar kabar kalau malam sebelum kamu dan Friska bertengkar, Troy dan kamu makan malam. Dan itu tanpa sepengatahuan kami bertiga Res. Friska sangat marah mendengar itu, apalagi dia mendengar kabar itu dari Serly yang jelas-jelas akan menambahkan bumbu-bumbu pedas yang belum tentu kebenarannya” tambah Jessica panjang lebar.

“Jadi itu yang membuat Friska marah?” tanyaku dengan harapan penjelesanku akan memperjelas masalah ini. “Sekarang dimana Friska? Aku ingin menjelaskan semuanya!”

“Dia masih berada didalam kelas sewaktu kami keluar.” Kata David. Tanpa banyak bicara aku bergegas kembali ke kelas untuk menemui Friska. David dan Jessica segera menyusul dibelakang.

“Fris?” panggilku pelan setelah berada di depan pintu kelas.

“Kamu Res, ada apa?” jawab Friska sambil memalingkan kepala.

“Fris. Please dengarkan semua penjelasan aku”

“Apalagi Res yang mau kamu jelasin? Semua kan sudah sangat jelas.” Kata Friska dengan tatapan sinis.

“Fris, please.... kali ini tolong dengarkan penjelasan aku dulu. Terserah kamu mau percaya atau tidak setelah semuanya aku jelaskan.” Pintaku dengan penuh harapan

“Iya Fris, apa salahnya dengarkan penjelasan Resti walau hanya sebentar. Kita juga kan tidak ingin kalian terus-terusan seperti ini” timpa Jessica

“Ok. So, apa yang ingin kamu ceritakan Res?” Kata Friska dengan nada terpaksa.

“Fris, aku sudah tahu kalau yang membuat kamu marah kepada aku itu adalah karena aku dan Troy makan malam tanpa sepengatahuan kamu dan teman-teman yang lain. Aku sebagai sahabat kamu jelas tahu kalau sebenarnya kamu cinta sama troy. Tapi percaya, aku samasekali tidak mempunyai persaan apa-apa sama dia” jelasku panjang lebar

“Tidak ada apa-apa katamu? Terus acara makan malam itu maksudnya apa?”

“Sebenarnya....” Kalimatku terhenti. Aku sebenarnya tidak tega menceritakan itu semua. Terasa sesak dada ini saat mencoba memberitahukan yang sebenarnya kepada Friska.

“Sebenarnya apa, ha?” Tambah Friska

“Kamu tahu dimana Troy sekarang?” jelasku dengan nada yang agak tinggi.

“Tahu... Mungkin saja dirumah” jawab Friska dengan santai. Aku benar-benar meneteskan air mata saat mendengarkan jawaban Friska

“Friska....” teriakku “Troy sekarang sedang terbaring dirumah sakit, dia mengidap penyakit kanker otak, dia tidak akan bertahan lebih lama lagi” jelasku yang diiringi isak tangis. Aku melihat ekspressi Friska, Jessica dan David saat aku mengatakan itu semua. Mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

“Res, katakan kalau kamu sedang bercanda” tanya Friska dengan penuh rasa cemas.

“Tidak Fris, aku berkata sesuai dengan apa yang sedang terjadi. Troy sekarang terbaring lemah dirumah sakit. Dia sengaja mengajak aku makan malam pada saat itu karena dia hanya ingin memberitahukan masalahnya, dia mengidap kanker otak.”

“Tapi kenapa Troy tidak memberitahukan hal itu kepada kami juga” celah David

“Aku sudah mencoba jelaskan pada Troy agar masalah ini bisa kalian ketahui, tapi dia bersikeras untuk merahasiakannya kepada kalian. Khususnya pada Friska!” jelasku sambil menatap wajah Friska. “Fris.. Troy sangat sayang kamu, dia tidak ingin kamu khawatir atau gelisah maka dari itu dia merahasiakan tentang penyakitnya dengan kamu” Friska menangis mendengarkan semua penjelasan aku. Dia merasa sangat bersalah. Aku melihat dia berlari kearahku dan dalam sekejap dia telah memelukku dengan erat.


“Res.. aku benar-benar minta maaf sudah salah paham sama kamu” bisik Friska sambil menangis. Aku merasakan pundakku basah oleh air mata Friska.

“Aku sama sekali tidak menyalahkan kamu Fris, kamu adalah sahabatku dan selamanya akan tetap menjadi sahabatku. Begitu juga dengan David, Jessica dan Troy aku menyayangi kalian semua” jelasku tanpa bisa menahan air mata.

“aku benar-benar bodoh Res, dengan gampang mempercayai perkataan Serly” tambah Friska sambil melepaskan pelukannya.

“Sudahlah Fris, yang terpenting sekarang kamu sudah tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi” jelasku mencoba menenangkan Friska yang shock dengan semua yang aku katakan.

“Sebaiknya sekarang kita bergegas ke rumah sakit” timpa Jessica sambil menarik tangan kami berdua. “kita tidak ada waktu untuk ini semua. Ayo Cepat!” kembali Jessica seperti akan terjadi sesuatu pada Troy. Kami berlima mencoba untuk secepat mungkin bisa tiba dirumah sakit dengan harapan Troy dapat mengatakan sesuatu pada Friska.

Namun, kenyataan berkata lain. Setiba di rumah sakit kami melihat orang tua Troy menangis di depan kamar tempat Troy di rawat. Yah, Troy telah meninggalkan kami tanpa ada kata yang diucapkan kepada Friska. Friska sangat terpukul dengan semua itu. Aku melihat orang tua Troy menghampiri kami dan memberikan selembar kertas yang bertuliskan “Dear Friska”. Friska lalu membacanya, namun Friska tidak begitu kuat menghadapi apa yang sebenarnya terjadi, dia jatuh pingsan saat sedang membaca surat terakhir dari Troy. Akulah yang kemudian membaca surat tersebut :

”Fris, maafkan aku! aku yang tidak bisa bertahan melawan penyakit ini. Aku sudah  mencoba segala hal agar bisa sembuh dan bisa bersamamu namun itu semua sia-sia. Maafkan aku juga yang tidak memberitahu kamu tentang penyakit yang aku derita. Itu semua aku lakukan atas dasar aku mencintai kamu. Aku tidak ingin kamu terbebani dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku juga tidak ingin melihat kamu khawatir atau gelisah memikirkan keadaan aku. Mungkin takdir tidak mengijinkan kita untuk bersatu di dunia ini, tapi aku yakin kita akan bersatu di alam sana nanti. Relakan aku pergi agar aku bisa tenang. Aku akan selalu mencintaimu dan kubawa cinta ini sampai mati. I LOVE YOU.”



0 komentar:

Posting Komentar